Tuk Tuk Mencoba Balik Dari Keterpurukan
Danau Toba, dengan sejuta pesona dan terbesar di Asia Tenggara yang terbentuk 75.000 tahun lalu setelah letusan gunung berapi membelah bumi. Di tengah Danau ini memiliki sebuah pulau yang bernama Samosir. Sepanjang jalan memasuki pulau ini banyak dijumpai makam-makam para raja Batak. Bentuknya makam nya berupa bangunan yang menyerupai rumah adat Toba yang dibangun cukup lumayan besar. Baiklah, Melanjutkan cerita kami, sebelum menuju Kawasan Wisata Tuk Tuk, kami menyempatkan mampir di Pantai Pasir Putih Parbaba di Kecamatan Panguruan.
Dilokasi ini kami menjumpai benar-benar seperti suasa pantai dengan hamparan pasir putih yang bersih. Waaaduh….padahal ini danau loh, tapi kok seperti suasana pantai ya….ajaaib banget kata si Dori. Di pantai ini banyak aktifitas yang kami temui seperti orang-orang yang duduk menikmati hembusan angin dan yang sejuk ala pegunungan namun di pinggir pantai. Ada juga yang bermain sepeda air sampai yang bermain volley pantai. Hhmmmm….mantab kalii pantai ini, tak terasa sengatan panas matahari yang bisa membakar kulit walau bersantai di pinggirnya di siang hari. Dilokasi ini juga tersedia penginapan dan resort serta sentra jajanan oleh-oleh maupun makanan.
Setelah puas menikmati suasana pantai yang sejuk, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Kampung Wisata Tuktuk. Lokasi ini merupakan daerah objek wisata di Pulau Samosir. Kawasan berbentuk peninsula ini lokasinya sekitar 7 kilometer dari Tomok dan menjadi pusat kegiatan wisatawan asing yang ingin melewatkan malam di Samosir. Beragam fasilitas yang disediakan sudah sangat memadai dan dan komplit. Mulai dari jaringan internet sampai saluran televisi asing. Sesampainya di Tuk-Tuk Dori langsung menyusuri jalan yang tidak terlalu besar hanya cukup untuk satu mobil bergantian lewatnya. Asiknya, Kampung Wisata ini tertata cukup rapih. Ada beberapa coffe shop yang menyediakan fasilitas internet dan banyak cottage-cottage di pinggir danau dengan arsitektur dan penataannya yang cantik.
Beberapa penduduk asli sini biasanya bertani dan sebagai nelayan, namun banyak juga penduduk yang membuka galeri-galeri kerajinan pahat kayu asli Toba. Salah satunya seperti Central Handicraft milik Benny Silalahi yang sudah ada sejak tahun 1988. Hhhmmm….suasana makin terasa seperti di Gilitrawangan, Lombok, dengan banyak bule yang melakukan aktifitasnya di Kafe-kafe dan restoran yang ada. Wisatawan asing sangat senang tinggal di Tuk Tuk ini karena sangat dimanjakan mulai dari makanan yang disesuaikan dengan lidah orang asing.
Lebih masuk lagi kedalam kampung, banyak ditemui kafe-kafe dan restoran dengan pengunjung turis asing. Kami kemudian lanjut ke tempat penyewaan kapal untuk menikmati Danau Toba dari atas air. Pasalnya, dengan transportasi inilah beberapa objek wisata yang tidak dapat dijangkau dengan kendaraan daratbisa temui. Seperti lokasi Air terjun Binagalom, air terjun Sipiso Piso dari dekat dan batu gantung. Harga sewa nya adalah Rp 1,5 juta sekali jalan. Alaaaaa maak…mahal kali...kami sempat kaget juga…. Namun Lukas sang operator kapal meneruskan penjelasnya. Harga itu untuk menyewa kapal dengan kapasitas 70 penumpang. Jadi mau satu orang atau 70 orang harganya tetap Rp 1,5 juta, ooowwww…
Nah, buat yang hobi naik sepeda disini juga disediakan penyewan sepeda untuk menikmati suasana Kampung Wisata ini. Sewanya Rp 30 ribu untuk seharian. Sedang sewa sepeda motor harganya Rp 20 ribu per jam nya. Oh ya, di daerah ini juga masih terdapat rumah adat dan makam tua yang bisa diliat di Samosir ini. Kampung tua itu bernama Siallagan dgn rumah2 adat khas Batak Toba. Petunjuk arah objek wisata yg terdekat dgn lokasi bertuliskan "Batu Parsidangan". Dibagian depan pintu masuknya terdapat tugu Siallagan.
Selain berwisata, jika Foilovers datang ke lokasi ini juga dapat berbelanja Kain ulos khas orang Batak Toba. Harganya kisaran Rp 50-200rb tergantung besar kecilnya dan benang yang digunakan. Namun sayangnya beberapa tahun terakhir ini industri pariwisata agak terasa lesu. Dahulu banyak sekali warga sini yang mahir menyanyi dan bermain musik setiap malam di kafe, bar dan restoran yang ramai saat itu. “Namun sekarang kebanyakan mereka yang punya kemampuan bermusik dan bernyanyi merantau ke daerah lain yang industri pariwisatanya lebih bergairah, seperti Jakarta, Bali, dan Lombok,” tutur Linda pemilik salah satu kafe disini. Kondisi ini terpengaruh oleh gangguan keamanan, seperti bom di Jakarta dan Medan.
Tapi sejauh pengelihatan tim ekspedisi, lokasi ini masih banyak wisatawan asing nya walaupun sudah tidak sebanyak dahulu yang di gambarkan Linda. Seperti kalau dahulu turis asing yang datang ke sini rela tidur hanya menggunakan jaring yang dipasang di antara dua batang pohon (hammock), karena tidak mendapatkan penginapan. Hhmmm… sayang sekali yah lokasi dengan potensi yang tinggi akan kekayaan alamnya kini terkesan biasa imbas dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Namun, terlepas dai itu, Tim Ekspedisi sangat puas bisa merasakan lokasi dengan warga nya yang ramah ini. Mangkanya buat Foilovers yang doyan jalan-jalan, Danau Toba bisa menjadi pilihan disaat menghabiskan waktu berlibur anda. Oke deh, kita lanjut lagi yaa, soalnya perjalanan kita masih panjang nih. Pemberhentian kami selanjutnya adalah Pekanbaru…….haloo warga Pekanbaru, tunggu kami yaa.