Cari

Ternyata Mayjen TNI Maruli Simanjuntak Punya Anak yang Begitu Luar Biasa Hebat

Posted 30-10-2021 12:33  » Team Tobatabo
Foto Caption: Keluarga Mayjen TNI Maruli Simanjuntak dengan Paulina Pandjaitan. Faye Simanjuntak dan sang adik (depan).

TOBATIMES.COM - Faye Hasian Simanjuntak atau yang lebih dikenal dengan Fey adalah sosok yang cerdas.

Faye Simanjuntak merupakan anak pertama dari pasangan Mayjen TNI Maruli Simanjuntak dengan Paulina Pandjaitan.

Tentu, cucu tertua dari Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.

Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD), aktivitasnya banyak dihabiskan dalam kegiatan filantropi dan social entepreneur.

Bahkan, nama Faye Simanjuntak masuk sebagai salah satu anak muda paling berpengaruh versi Majalah Forbes Indonesia untuk kategori "30 Under 30" 2020.

Filantropi Indonesia melalui akun Instagramnya @filantropiindonesia juga mengucapkan selamat kepada Faye atas prestasi yang telah ia raih di bidang sosial entrepreneur dan filantropi.

"Selamat kepada Faye Simanjutak, founder @rumahfaye, yang terpilih sebagai salah satu anak muda yang paling berpengaruh.

Dalam Forbes Indonesia “30 under 30” 2020 di bidang Social Entrepreneur & Philanthropy. Salute!

Semoga ini bisa menjadi inspirasi anak muda lainnya dalam berkarya untuk negeri," tulis akun @filantropiindonesia.

Gadis kelahiran 10 April 2002 ini memang tampak berbeda jauh seperti seumurannya.

Ia dikenal sebagai perempuan cerdas dan tampak sangat dewasa dalam bertidak maupun cara berpikirnya.

Faye juga sangat menonjol dari sisi pengabdian sosial.

Di usia belia yang masih duduk di bangku SD, ia sudah terjun sebagai aktivis HAM cilik yang berpengalaman dalam gerakan antiprostitusi anak (trafficking).

Ia pun mendirikan Rumah Faye untuk menampung anak-anak yang korban trafficking.

Kini, selain sibuk belajar hingga menjalankan kegiatan sosialnya, ia juga aktif di UNESCO.

Faye menceritakan pengalaman pertama kali mengenal isu prostitusi anak berkat tugas sekolah.

Ketika duduk di bangku kelas VI, guru memberi tugas membuat makalah terkait permasalahan keadilan sosial.

Faye memilih topik child trafficking (jual-beli anak).

Faye awalnya mengira, trafficking  ialah soal kemacetan jalan. Makanya dia memilih topik tersebut.

Ia pun mencari-cari di google soal trafficking. Namun, yang ditemukan bukan soal kemacetan jalan. Tapi hal yang mengerikan tentang kasus-kasus anak. Gambar anak dengan warna hitam.

Faye pun sharing dengan orangtuanya. Dari situ, baru pertama kali itu Faye menyadari betapa banyak anak-anak menjadi korban perdagangan manusia.

Menurut dia, mereka diperdagangkan dengan berbagai tujuan, mulai dari pekerja di bawah umur hingga diambil organ tubuhnya. Adapun alasan terbanyak ialah dimasukkan ke dalam lingkaran pelacuran.

Perhatiannya makin tajam setelah membaca data yang dikeluarkan lembaga swadaya masyarakat internasional, End Child Prostitution, bahwa 43 persen anak-anak yang diperdagangkan berusia di bawah 14 tahun.

Selepas menyelesaikan tugas sekolah, isu prostitusi anak tidak bisa lepas dari benaknya.

Ia kemudian mendekati ibunya agar mengajaknya melihat permasalahan yang sesungguhnya terjadi di lapangan.

Karena menurut Faye, untuk mengetahui langsung permasalahan anak-anak yang seusianya dan bahkan di bawah usianya, harus terjun langsung ke lapangan.

Sang ibu, Paulina Pandjaitan, kemudian meminta bantuan seorang kenalan yang pernah bekerja di LSM untuk bahu-membahu mendampingi penyintas.

Kegiatan yang dilakukan Faye mulai banyak mengundang sukarelawan untuk terlibat.

Beberapa perusahaan juga datang untuk memberikan bantuan berupa dana dan alat.

Faye Hasian Simanjuntak cucu tertua Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dinobatkan sebagai orang paling berpengaruh Under 30 versi Forbes Indonesia. (Forbes Indonesia)

Rumah Faye

Dikutip dari Kompas.com, Pada ada 2013 saat Faye berusia 11 tahun, bersama ibunya, Uli Pandjaitan, meluncurkan @rumahfaye untuk mengelola sebuah rumah aman untuk anak-anak korban prostitusi.

Rumah aman itu sudah dibangun dan diberi nama Rumah Faye.

Pada 2018 ada 30 anak yang ditampung dan menjalani masa pemulihan.

Jumlah ini belum termasuk ratusan anak dan remaja yang rutin didatangi setiap bulan untuk advokasi mengenai kesehatan reproduksi dan hak-hak anak.

Faye juga mendirikan yayasan anti perdagangan anak sekaligus founder dari Rumah Faye di Batam.

Rumah Faye tersebut merupakan organisasi yang berfokus pada pencegahan pelecehan seksual dan perdagangan manusia dan rehabilitasi korban.

Faye juga aktif mengampanyekan kepada para rekan sebayanya atau yang berumur di bawahnya terkait hak mereka sebagai anak.

Hal itu juga ia tularkan ke para relawan yang sukarela bergabung untuk membantu dirinya bekerja melindungi dan memulihkan keadaan para korban perdagangan anak dan kekerasan seksual termasuk teman-teman dan keluarganya.

Rumah Faye menjalankan strategi pencegahan, penyelamatan, dan rehabilitasi.

Selain tempat penampungan, bagi para korban diberikan pelatihan keterampilan untuk anak-anak. Seperti membuat karya keramik atau tembikar, melukis, merajut dan menjahit.

Sang kakek, Luhut Pandjaitan juga memberikan apresiasi pada cucunya dan ikut mengungkapkan kebahagiaannya lewat unggahan di akun Instagramnya.

"Suatu kebanggaan tersendiri untuk saya sebagai kakek dari seorang perempuan belia bernama Faye, yang mendedikasikan cita-cita hidupnya untuk membuat sebuah 'Rumah' perlindungan bagi anak-anak dari bahaya kejahatan perdagangan manusia dan kekerasan seksual," tulis Luhut di akun instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, Sabtu (22/2/2020) lalu.

Pada postingan lainnya, Luhut menulis apa yang membuat dirinya bangga terhadap Faye.

"Saya bangga dengan Faye@chocodaawg , cucu saya yang paling besar ini. Karena dia melakukan betul apa yang kami ajarkan, yaitu “giving back”. Jangan mau menerima saja, tapi kita juga musti mau memberi. Inilah salah satu nilai kehidupan yang kami tanamkan pada anak-anak dan cucu-cucu di keluarga kami" tulis Luhut.

Luhut menambahkan bahwa konteks memberi tidak selalu mengenai uang.

"Tapi bisa juga memberikan hati, pikiran, waktu, tenaga kita, atau apa saja. Intinya, tidak ada ruginya membantu orang lain, siapa pun dia, apa pun latar belakangnya. Karena ini soal kemanusiaan."

Menurut Luhut dengan memberi sebenarnya kita belajar untuk tidak rakus. Saya ingin keluarga saya memiliki karakter yang mampu mengendalikan "appetite" atau hasrat pribadi.

Tentang mengenai Faye, Luhut tidak terbayang cucunya itu bisa menjadi seperti sekarang ini.

"Faye mulai menjadi aktivis di bidang "child trafficking" sejak usia 11 tahun. Bahkan sebelumnya, di usia 8 tahun dia melakukan "fund raising" untuk anak-anak korban meletusnya Gunung Merapi di 2010," papar Luhut.

"Baru beberapa hari ini saya kaget juga dia bisa raising fund dari berbagai macam sumber dan mendapatkan hampir Rp 1 milyar untuk membantu anak-anak korban pelecehan seksual. Yang saya takutkan bukanlah bidang yang dia pilih. Tapi saya lebih khawatir Faye menjadi lebih cepat dewasa. Inilah PR kami, terutama orangtuanya, untuk menjaga Faye," tulis Luhut.

Luhut pun berpesan bagi setiap anak muda yang ingin menjadi seperti Faye atau bahkan lebih hebat darinya.

"Just do the right things when you believe it." Tanya hatimu yang paling dalam, apakah benar saya melakukan ini atau tidak. Kalau kau yakin, maka kerjakanlah!"

Dikutip dari Tribun Medan