Cari

Inspiratif, Walau Masih Belia Ihsan Sitorus Mampu Hidup Mandiri Dengan Hobinya

Posted 17-07-2018 13:09  » Team Tobatabo
Foto Caption: Muhammad Fauzan Ihsan Sitorus (19) (kanan), memberikan lukisan hasil karyanya kepada kepala sekolah SMK N 1 Percutseituan, Kasni Mpd, Senin (16/7/2018).

Muhammad Fauzan Ihsan Sitorus (19), atau yang akrab disapa Ihsan, adalah lelaki yang patut dicontoh, karena sudah mampu hidup mandiri dengan kemampuan melukis dan bermain musik.

Anak tunggal dari pasangan Tahir Sitorus (52) dan Rina Ginawati (51), mengatakan, hobi melukis dan bermain musiknya dia pelajari secara otodidak, yaitu belajar dari internet.

"Hobi saya, selain melukis, musik, dan buat film pendek. Lebih memanfaatkan teknologi dalam hidup agar mampu mandiri, ya alhamdullillah, berawal dari hobi bisa menutupi sedikit keperluan kuliah," ujarnya kepada Redaksi, Senin (16/7/2018).

Keahliannya yakni melukis dengan konsep sketsa realis, di mana melukis tanpa menggunakan warna dalam arti hanya menggunakan pensil.

Berkat kemampuan melukisnya, Ihsan kebanjiran orderan.  Per lukisan dihargai dengan Rp 135 ribu sudah komplit dengan bingkai.

Untuk pelayanan kepada pemesan lukisan, Ihsan tidak pernah menggunakan jasa online.

Karena dalam dirinya menjadi suatu kebanggaan bisa mengantarkan lukisan hasil tangannya langsung kepada konsumennya.

Tak hanya menjadikan hobi sebagai sumber uang, Ia juga aktif mengikuti beberapa pameran lukisan. Pameran pertama yang dia ikuti di Galeri Seni Rupa unimed dan acara FBS Expo Unimed.

Beberapa andalan lukisannya yakni karakter pemain sepakbola yang khas menggunakan nomor punggung tujuh yakni Cristiano Ronaldo.

Lukisan tersebut tak pernah berniat untuk dijualnya, karena baginya, karakter Cristiano Ronaldo merupakan sosok pemain idolanya.

"Di zaman yang sudah canggih dan agar tetap positif, saya lebih tertarik melukis, jika ditanya kenapa, bagi saya hidup adalah mengukir prestasi.

Ini merupakan hal yang sangat positif agar dapat menghindari dari pergaulan negatif dalam arti tidak terjerumus pada narkoba dan sejenisnya," kata Ihsan.

Kenapa memilih lukisan, sambung Ihsan, karena nilai seni pada lukisan tidak hilang dengan perkembangan zaman.

"Lukisan ini memiliki wadah sendiri di zaman era digital seperti sekarang. Bagi saya ini merupakan hal yang harus dikembangkan. Apalagi di Medan, seniman kurang mendapat wadah, sehingga tidak terekspos ke publik," sambung Ihsan.