Alasan Umum, Dibalik Kebiasaan Orang Batak Rela Membangun Tugu-Tugu Megah Para Leluhur
Bukan hal yang aneh, jika orang-orang Batak yang kaya di perantauan, terobsesi untuk membangun tugu di kampung halamannya.
Mereka pun rela mengeluarkan banyak demi mendirikan monumen untuk makam leluhurnya di Bonpasogit.
Bahkan Sejarawan Anthony Reid dalam ‘Kuasa Leluhur' (2006) mengatakan, tugu sudah menjadi semacam ‘investasi’ di kampung halaman bagi halak hita di perantauan.
“Sebagaimana dikeluhkan oleh para pejabat pemerintah, makam dan monumen-monumen orang meninggal adalah satu-satunya tanda investasi oleh orang-orang batak rantau di kampung halaman nenek moyang mereka,” tulis Reid.
Lalu, pertanyaannya: mengapa mereka rela mengeluarkan banyak uang untuk membangun tugu? Ini beberapa alasannya:
- Biasanya tugu yang dibangun oleh salah satu marga memancing kecemburuan marga-marga lain untuk membangun tugu juga. Tapi banyak juga pomparan membangun tugu untuk mengangkat harkat dan martabat marga mereka, sebagai sarana eksistensi kelompok.
- Tugu dibangun dan mengongkal holi dilaksanakan sebagai ungkapan penghormatan kepada natua-tua (asa sangap natua-tua i) adalah cara orang Batak Kristen untuk melaksanakan perintah “hormatilah ayah dan ibumu” (Hukum Taurat ke-5).
- Pembangunan tugu mewakili hubungan antara pangaranto sama saudara-saudara kita di Bona Pasogit, antara na mora dengan na pogos, orang kota dengan korang kampung, orang muda dengan orang tua dari satu pomparan.
- Pembangunan tugu berfungsi juga untuk memperkuat jati diri halak hita sebagai anggota marga tertentu. Serta mempererat tali kekeluargaan dongan sabutuha sebagai kewajiban untuk manat mardongan tubu.
- Tugu dibangun untuk menghormati sumangot (arwah) ni ompu agar keturunannya diberkahi sahala (roh) ompu-ompunya.
Semuanya sih kembali kepada tingkat pemahaman, background dan kemampuan financial mereka-mereka yang berinisiatif untuk membangun tugu ini. Pada intinya hal ini juga merupakan salah satu budaya yang wajib kita lestarikan.