Cari

Apa sih Arti Istilah Elat, Late dan Teal Dalam Masyarakat Batak? Baca Artikel ini

Posted 02-05-2017 11:52  » Team Tobatabo
Foto Caption: Ilustrasi Tatapan Rasa Tidak Senang (Johanes Tarigan via Flickr)

Ada 3 (tiga) sikap, sifat dan perilaku  yang digaris bawahi oleh Leluhur Batak, untuk dihindari, yaitu elat, late, teal. Tiga "istilah" ini terdiri dari empat abjad sama yang susunannya dibolak balik. Elat adalah memendam perasaan:  iri, cemburu yang negatif.

Sedikit perbedaan dengan elat, yaitu late. Merupakan iri dengki dan cemburu yang disertai niat dan perbuatan negatif.  Late disertai upaya-upaya untuk merusak dan menghancurkan pihak yang dicemburui atau didengkii.

Teal,  merupakan perilaku munafik (tidak sesuai keadaan, berbeda antara ucapan dan perilaku).  Jika dikatakan pateal-tealhon artinya berbuat seolah-olah besar tetapi tidak ada apa-apanya. Misalnya: meninggikan diri, berlagak orang kaya tetapi keadaan sebenarnya berbeda jauh.

Teal bisa timbul karena elat, perasaan ingin atau lebih dari orang lain. Elat yang tidak terkendali menjadi late. Dari salah satu atau lebih ketiga sikap tersebut dapat melatarbelakangi timbulnya hosom yaitu rasa dendam, dan kebencian.  Mangubati sahitni halak hita, ima : 

  • MAJU ( MAradu JUgul ) , DENDAM , TEAL , ELAT , LATE dohot uduranna.
  • AIDS ( Angkuh, Iri, Dengki dan Sombong )

Ada satu lagu Batak yang dapat dengan JITU men-simulasikan masalah ini yaitu lagi “Alusi-Au (Ahu)” atau yang dikenal sebagai lagu Marragam ragam oleh Nahum Situmorang, yang dimulai dari kata:

  • “Mar-ragam ragam do sita-sita di hita manisia” (Ber-ragam ragamlah cita cita kita manusia)
  • “Mar-Asing asing do anggo pangidoan di ganup ganup jolma” (Berlainanlah pengharapan di tiap tiap orang)
  • “Hamoraon Hagabeon Hasangapon i do dilului na deba” (Kekayaan Keturunan Kehormatan adalah yang dicari segolongan)
  • “Di na deba asal ma tarbarita goarna tahe” (sekelompok lain yang penting asal namanya terkenal)

Mungkin prinsip ini yang jika dilihat dari istilah batak Elat, Teal, Late (perhatikan huruf cuma berubah posisi) yang kira-kira setara iri, dengki, benci dll memang tidak jauh dari hal hal yang bersifat Musyrik.

Tetapi, kalau dirogoh lebih kedalam falsafah ini bermuara pada prinsip “Panggoaran” (setara dengan istilah Harga diri) yang jika lebih jauh dirogoh lagi ber-asaz-kan pada Tarombo (silsilah keluarga) suatu “TEAM WORK” yang dimaksudkan agar segala tindakan para keturunan sekarang tidak akan mempermalukan orang tua maupun nenek moyangnya.

Untuk kedepan istilah Elat, teal dan late harus dihapus dari kamus halak kita Batak lewat peningkatan pendidikan yang berkualitas khususnya buat anak cucu kita kelak, hal itu tidak boleh menjadi penyakit kronis yang turun temurun kita idap sampai saat ini, karna hanya akan menjadi pemecah diantara kita sesama orang Batak.

Bayangkan jika kelak, suatu hari nanti halak kita bersatu! apa yang tidak bisa kita lakukan, apa yang tidak bisa kita capai? jangankan Impian kita untuk menjadi propinsi sendiri.. Maka disuatu hari nanti jg akan tercatat bahwa halak kita juga bisa menjadi pemimpin negara ini.

Antong, pauba jala paulak hita ma rohanta, jala tamulai ma sian diritta be! Horas!!

Dikutip dari manikraja.com