Ayo dukung tugu becak BSA sebagai ikon kota Siantar!
SiantarNews|Siantar-Untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan di tengah pembangunan Danau Toba menjadi destinasi wisata yang mendunia, sejumlah daerah di Provinsi Sumatera Utara sudah menyatakan kesiapannya untuk ikut ambil bagian mempromosikan daerah masing-masing sebagai destinasi wisata.
Berbagai upaya pun sudah dilakukan seperti menghias wajah kota, menciptakan danau buatan, menata pusat jajajanan, dan menggagas dialog dengan pelaku wisata. Hal itu semua dilakukan agar daerah tersebut menjadi kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara, dengan tujuan menumbuhkembangkan perekonomian masyarakat dan meningkatkan pendapatan asli daerah yang juga merupakan implementasi program ekstensifikasi dan intensikasi.
Lantas, bagaimana dengan Kota Siantar?
Sebagai salah satu kota unik dibandingkan dengan daerah lain, kota Siantar yang kaya akan potensi dan juga daerah perlintasan, mau tak mau harus berbenah jika daerah ini ingin maju.
Berbenah dimaksud adalah bagaimana kota Siantar menjadi tujuan bagi orang-orang luar daerah untuk stay (tinggal) menginvestasikan modalnya, menghabiskan uangnya menikmati panorama Siantar.
Mewujudkan itu bukanlah hal yang sulit dan relatif mudah. Asalkan ada good will dari pemangku kepentingan, khususnya penanggungjawab daerah. Hal tersebut mengemuka saatCoffee Morning Presiden BOM’S Siantar Kusuma Erizal Ginting dengan Kadisporabudpar Dra Fatimah Siregar bersama sejumlah wartawan di Wisma Humanitas Jalan Asahan, Sabtu (20/2/2016).
Salah satu potensi sekaligus menjadi ikon Kota Siantar adalah BSA (Birmingham Small Arms). BSA ini kata Kusuma Erizal Ginting satu-satunya planet asing yang ada di muka bumi yang tidak ada tandingannya. “Barang (BSA) ini unik, dan hanya ada di Siantar. Kalaupun ada di daerah lain, itu dibeli dari Siantar,” katanya.
Sesuatu yang unik apalagi punya historis, wajar dan pantas dilestarikan agar tidak punah. Baginya, becak BSA Siantar telah menggema di seantero republik Indonesia bahkan melegenda di dunia. “Ini harus dijadikan sebagai ikon Kota Siantar. Ini juga bentuk kewajiban dan bentuk rasa cinta tanah air serta memelihara identitas bangsa,” tuturnya.
Karena itulah, ia bersama rekan-rekanya warga Siantar baik yang berada diluar daerah merencanakan membangun tugu becak BSA sebagai ikon Siantar. Tujuannya, bagaimana daerah ini menjadi kunjungan bagi wisatawan sekaligus menunjukkan identitas sebuah kota. Selain itu, ikon ini diyakini menjadi daya tarik orang-orang yang ingin tinggal atau menikmati suasana kehidupan Siantar.
Ditanya apakah tidak ada ikon lain yang bisa dipromosikan? Erizal mengatakan, BSA hadir atau dijadikan simbol sebagai solusi menghindari rasialisme. “BSA kan netral tidak dimiliki hanya satu suku saja. Apalagi Siantar kota heterogen, kota yang plural,” jelasnya.
Niat tulus membangun tugu itu membutuhkan lisensi sekaligus legitimasi. Sebab, harus terlebih dahulu mendapat izin lokasi dari Pemko Siantar. Lokasi tugu itu katanya akan didirikan di pusat kota, atau setidaknya jalan protokol. Kita merencanakan pembangunannya di Jalan Merdeka Simpang Jalan Diponegoro, persisinya di pertigaan Gedung Juang. “Tapi tempat ini masih rencana. Sekarang, kita masih menunggu izin tempat dari Pemko Siantar. Kita berharap dukungan masyarakat Siantar melalui doa,” imbuhya.
Lalu ditanya bagaimana dengan biaya pembangunan ? Suami dari dokter spesialis anak ini memastikan tidak akan menggunakan dana APBD. Dia menyebut, pihaknya tengah berjuang meyakinkan beberapa warga Siantar yang tinggal saat ini di Kota Siantar maupun yang berada diluar.
Dikatakannya, biaya yang dibutuhkan berkisar tiga ratus juta rupiah, dan sebagian dana swadaya itu terang Erizal telah terkumpul sekitar puluhan juta rupiah. “Begitu diberikan izin, kita langsung kerjakan,” ucapnya dengan optimis.
Disain konstruksi tugu BCA BSA itu lanjut dia, akan dipadu dengan jenis batu yang ada di seluruh daerah di Indonesia. “Kita sudah hubungi teman-teman di Bali, Kalimantan, Papua, Sulawesi, pulau jawa, pulau sumatera untuk mengirimkan batu. Alangkah betapa indah nantinya, mereka (wisatawan nusantara) meyebut, batu ini dari daerah asal kami,” tandasnya.
Lantas, bagaimana dengan respon Pemko Siantar yang saat ini dipimpin Pj Walikota Jumsadi Damanik? alumnus universitas islam indonesia ini mengatakan, pihaknya sudah melayangkan surat audensi beberapa waktu yang lalu. “Informasinya beliau menyambut baik. Senin atau Selasa kita akan ketemu,” kata Erizal.
Dilanjutkannya, hal lain dari keunikan becak BSA Siantar, banyak masyarakat yang penasaran menaiki BSA ini. Karena, ini adalah kendaraan perang yang masih ada sampai sekarang. “Banyak wisatawan yang datang ke Kota Siantar hanya ingin tahu bagaimana rasanya merasakan nuansa klasik di atas kuda besi 250 cc, atau 350 cc, 500 cc bahkan sampai 600 cc,” pungkasnya.
Agar kota Siantar menjadi destinasi wisata, Pemko Siantar dan para pelaku wisata serta warga menurut Erizal, sudah saatnya merumuskan konsepsi sadar wisata yang berlandaskan kearifan lokal. Kita mungkin sudah memahami apa itu sapta pesona. Unsurnya kan sudah jelas yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan,” paparnya.
Sementara itu Kadisporabudpar Fatimah Siregar mengatakan, ia mendukung sepenuhnya pihak-pihak yang ingin mewujudkan Siantar sebagai destinasi wisata. “Komitmen Bang Rizal membangun ikon Siantar tidak perlu lagi diragukan. Beliau ini pernah menjadi key native speaker di Sumut bicara tentang seluk-beluk wisata,” katanya.
Fatimah mengaku sedih, dikala becak Siantar dipamerkan di kota Malang. “Saat itu saya berpikir, kenapa kota ku yang merupakan asal becak BSA tidak ada dalam museum atau tidak menjadi ikon?,” tanyanya.
Niatan Erizal bersama rekannya membangun tugu ikon Siantar lanjut Fatimah pantas diapresiasi dan didukung. Sebagai aparatur Pemko Siantar, saya dan mungkin teman-teman pers tidak menginginkan kota kita terpuruk. Kita ingin kota Siantar berkembang pesat, dan menjadi tujuan wisata,” pungkasnya.